PENGARUH INFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
TERHADAP PARU-PATU
A. Taksonomi, Morfologi, Fisiologi serta Ekologi Mycobacterium
Tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis pertama kali
dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang
jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Mycobacterium
tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC) (Wikipedia,
2010). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch
Pulmonum (KP).
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium
tuberculosis.
§
Kingdom : Bacteria
§
Filum : Actinobacteria
§
Ordo : Actinomycetales
§
Upaordo : Corynebacterineae
§
Famili : Mycobacteriaceae
§
Genus : Mycobacterium
§
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis
ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat
berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 –
0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada
kondisi lingkungan (Wikipedia, 2010).
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat
diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena
apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri
ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung
lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat
hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium
tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri
dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%
(Simbahgaul, 2008). Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan
arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
B. Inveksi Mycobacterium Tuberculosis pada Paru-paru
Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit
infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak
terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Apabila
seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis akan berakibat
buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada
orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat
menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering
diserang adalah paru-paru (95,9 %) (Hiswani M.Kes, 2010).
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan
diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang
tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru (Anonim b, 2010).
1. Gejala Umum (Sistemik)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
§
Penurunan nafsu makan dan
berat badan.
§
Batuk-batuk selama lebih
dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
§
Perasaan tidak enak
(malaise), lemah.
§
Sumber: Anonim b, 2010
2. Gejala Khusus (Khas)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang,
maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan
pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar
30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang
tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan
30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah (Anonim b, 2010)
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu
demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi
TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang
agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial.
Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan
nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara
nafasnya menjadi vesikular melemah.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC,
maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
§
Anamnesa baik terhadap
pasien maupun keluarganya.
§
Pemeriksaan fisik.
§
Pemeriksaan laboratorium
(darah, dahak, cairan otak).
§
Pemeriksaan patologi
anatomi (PA).
§
Rontgen dada (thorax
photo).
§
Uji tuberkulin.
Penyakit tuberculosis memiliki beberapa variasi
jenisnya. Adapun jenis-jenis dari penyakit tuberculosis tersebut adalah:
§
Tuberculosis paru
terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
§
Tuberculosis paru tidak
terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
§
Tuberculosis pada sistem
saraf
§
Tuberculosis pada
organ-organ lainnya
§
Tuberculosis millier
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang
menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan
pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA positif
dan Tuberkulosis Paru BTA negatif (Avicenna, 2009)
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang
menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru),
selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan tingkat
keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : tuberculosis ekstra paru
ringan seperti misalnya adalah TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
serta tuberculosis ekstra paru berat,
misalnya adalah meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin (Avicenna, 2009).
Dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe penderita
yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Adapun beberapa tipe
penderita tersebut yaitu: kasus baru adalah dimana penderita tersebut belum
pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberculosis) atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian) (Avicenna, 2009).
Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya
pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
(Avicenna, 2009).
Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang
sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah
berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat
rujukan/pindahan (FORM TB 09) (Avicenna, 2009).
Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah
default/drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
(Avicenna, 2009).
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap
positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau penderita BTA negative, rontgen positif yang
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. (Avicenna, 2009).
Semua penderita lain yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut diatas merupakan tipe yang lain. Termasuk dalam kelompok
ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah
menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2) (Avicenna, 2009).