Selasa, 30 Januari 2018

PENGARUH INFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS TERHADAP PARU-PATU

PENGARUH INFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
TERHADAP PARU-PATU

A.    Taksonomi, Morfologi, Fisiologi serta Ekologi Mycobacterium Tuberculosis
Description: Image result for mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC) (Wikipedia, 2010). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
§  Kingdom           : Bacteria
§  Filum                 : Actinobacteria
§  Ordo                  : Actinomycetales
§  Upaordo            : Corynebacterineae
§  Famili                : Mycobacteriaceae
§  Genus                : Mycobacterium
§  Spesies              : Mycobacterium tuberculosis
Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Wikipedia, 2010).
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60% (Simbahgaul, 2008). Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
B.     Inveksi Mycobacterium Tuberculosis pada Paru-paru
Description: Image result for mycobacterium tuberculosis
Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %) (Hiswani M.Kes, 2010).
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru (Anonim b, 2010).

1.      Gejala Umum (Sistemik)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
§  Penurunan nafsu makan dan berat badan.
§  Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
§  Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
§  Sumber: Anonim b, 2010

2.      Gejala Khusus (Khas)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah (Anonim b, 2010)
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
§  Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
§  Pemeriksaan fisik.
§  Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
§  Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
§  Rontgen dada (thorax photo).
§  Uji tuberkulin.
Penyakit tuberculosis memiliki beberapa variasi jenisnya. Adapun jenis-jenis dari penyakit tuberculosis tersebut adalah:
§  Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
§  Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
§  Tuberculosis pada sistem saraf
§  Tuberculosis pada organ-organ lainnya
§  Tuberculosis millier
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA positif dan Tuberkulosis Paru BTA negatif (Avicenna, 2009)
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : tuberculosis ekstra paru ringan seperti misalnya adalah TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal serta  tuberculosis ekstra paru berat, misalnya adalah meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin (Avicenna, 2009).
Dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe penderita yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Adapun beberapa tipe penderita tersebut yaitu: kasus baru adalah dimana penderita tersebut belum pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberculosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian) (Avicenna, 2009).
Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (Avicenna, 2009).
Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09) (Avicenna, 2009).
Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih. (Avicenna, 2009).
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau  penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. (Avicenna, 2009).

Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas merupakan tipe yang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2) (Avicenna, 2009). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar